PROSES TERJADINYA KARIES
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque di
permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel
pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH
mulut menjadi kritis (5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut
menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke
arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan
lubang).
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun
kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan
mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis dapat
dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat
(lapisan transparan, terdiri dari tulang dentin sklerotik, kemungkinan
membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima
(lapisan opak/tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang
mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblast). Baru setelah
terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang
amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu
daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan
lima.
Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu
menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi
kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan
ke atas dan ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24 tahun,
hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini
karena banyak pemakaian flourida, kavitasi akan berjalan
lebih lambat daripada dahulu.
Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih
cepat dibanding orang tua, hal ini disebabkan:
- Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang
selama belum selesai maturasi setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan
pengambilan flourida) yang berlangsung terutama 1 tahun setelah erupsi.
- Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak,
bukan karena perbedaan fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya
(sering makan makanan kecil).
- Lebar tubuli pada
anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi
yang tidak memadai.
- Diet yang buruk
dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak
terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil,
diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam
mulut.